Rabu, 09 April 2014

Ilmu Budaya Dasar

Kronologi Pembunuhan Sara oleh Hafitd dan Syifa




Jakarta - Ade Sara Angelina Suroto (19) alias Sara, ditemukan tak bernyawa di pinggir Tol Bintara Km 49 Kota Bekasi, Rabu (6/3/2014) pukul 06.30 WIB lalu. Mahasiswi Universitas Bunda Mulia (UBM) itu dibunuh oleh sejoli Ahmad Imam Al-Hafitd alias Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani alias Sifa (19), yang tak lain adalah teman saat sekolah di SMA 36 Jakarta.



Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengungkapkan, motif pembunuhan korban dilakukan lantaran Hafitd sakit hati terhadap korban karena setelah putus korban tidak mau lagi dihubungi. Sementara Sifa juga ikut membunuh korban karena didorong rasa cemburu kepada korban, yang takut kehilangan cinta Hafitd.



Kedua tersangka kemudian merencanakan pembunuhan itu sepekan sebelum korban dieksekusi. Lalu bagaimana rangkaian terjadinya pembunuhan itu? Berikut kronologi pembunuhan korban berdasarkan keterangan Rikwanto, Jumat (7/3/2014).


Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengungkapkan, motif pembunuhan korban dilakukan lantaran Hafitd sakit hati terhadap korban karena setelah putus korban tidak mau lagi dihubungi. Sementara Sifa juga ikut membunuh korban karena didorong rasa cemburu kepada korban, yang takut kehilangan cinta Hafitd.
Kedua tersangka kemudian merencanakan pembunuhan itu sepekan sebelum korban dieksekusi. Lalu bagaimana rangkaian terjadinya pembunuhan itu? Berikut kronologi pembunuhan korban berdasarkan keterangan Rikwanto, Jumat (7/3/2014).

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengungkapkan, motif pembunuhan korban dilakukan lantaran Hafitd sakit hati terhadap korban karena setelah putus korban tidak mau lagi dihubungi. Sementara Sifa juga ikut membunuh korban karena didorong rasa cemburu kepada korban, yang takut kehilangan cinta Hafitd.
Kedua tersangka kemudian merencanakan pembunuhan itu sepekan sebelum korban dieksekusi. Lalu bagaimana rangkaian terjadinya pembunuhan itu? Berikut kronologi pembunuhan korban berdasarkan keterangan Rikwanto, Jumat (7/3/2014).
Senin 3 Maret 2014
Sara pamit kepada orangtuanya untuk menginap di rumah temannya, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, sekaligus les bahasa Jerman di Jakarta Pusat.
Selasa 4 Maret 2014
Pukul 21.00 WIB
Sara bertemu dengan Sifa di dekat Stasiun Kereta Api Gondangdia, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Hal ini terungkap dari keterangan salah satu temannya, yang menyatakan bahwa Sara sempat mengirim pesan kepada temannya untuk menemui Sifa di lokasi tersebut.
Di lokasi, Sifa sempat berbincang dengan korban. Inti pembicaraan, mengajak korban untuk menemui tersangka Hafitd yang ternyata sudah menunggunya di dalam mobil Kia Visto, di Gondangdia. Sifa saat itu mengajak korban untuk baikan dengan Hafitd dengan alasan mereka masih teman satu SMA.
Setelah dibujuk Sifa, korban akhirnya mau menemui Hafitd di dalam mobil Kia Visto. Sifa dan korban kemudian duduk di jok belakang, sementara Hafitd di jok kemudi.
Hafitd sempat menanyakan alasan mengapa korban tidak mau lagi berkomunikasi dengannya. Saat itu kemudian terjadi percekcokan, hingga akhirnya Hafitd memukul korban dan Sifa memegangi korban.
Korban kemudian menggigit tangan Hafitd hingga terluka dan berusaha keluar dari dalam mobil. Namun Sifa kembali menarik korban dan memeganginya dengan erat.
Sambil mengemudikan mobil, Hafitd lalu menyetrum korban beberapa kali dan memukuli korban hingga pingsan. Dalam keadaan pingsan, Sifa menyumpal mulut korban dengan potongan koran. Potongan koran inilah yang membuat korban tewas.
Setelah mengetahui korban tidak bergerak, Hafitd dan Sifa kemudian berputar-putar menggunakan mobil tersebut. Diduga saat dalam perjalanan ini, korban menghembuskan nafas terakhirnya. Mobil yang dikemudikan Hafitd lalu bergerak ke Rawamangun, lalu ke Jakarta Selatan untuk mencari lokasi pembuangan mayat.
Pukul 00.00 WIB
Kedua tersangka masih berputar-putar, hingga akhirnya tiba di Tol Bintara Km 49, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Dalam perjalanan di tol, Sifa dan Hafitd membuang tas korban. Setelah itu, kedua tersangka membuang mayat korban di pinggir Tol Bintara Km 49 Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Pukul 06.30 WIB
Petugas derek Jasamarga menemukan korban di tepi jalan tol. Polisi yang mendapatkan laporan penemuan korban, melakukan identifikasi dan olah TKP. Korban kemudian dibawa ke kamar jenazah RSCM Jakarta Pusat.
Saat melakukan rekonstruksi di Mapolda Metro Jaya, terungkap rute perjalanan mereka saat menyuruh Ade Sara buka baju hingga hampir bugil.
"Dibukanya di jalan saat melalui Taman Menteng, perjalanan ke Taman Mini menuju Cawang. Pada saat perjalanan, korban disuruh buka baju," ujar Kanit 5 Jatanras, Kompol Antonius Agus Rahmanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/4/2014).
Menurut Agustinus, korban disuruh membuka baju agar Ade Sara Tidak melarikan diri. "Tujuannya disuruh buka baju agar korban tidak teriak," jelasnya.
Setelah ditelanjangi, saat itu pula lah Hafitd dan Sifa melakukan penyiksaan terhadap Ade Sara.
"Saat di perjalanan itu, Hafitd menyetrum bagian dada dan kaki korban dan menyuruh korban makan tisu. Namun tisu itu malah tertelan oleh korban sehingga korban tercekik di bagian tenggorokannya dan tewas," papar Agustinus.
.
Assyifa Ramadhani (19) alias Sifa dan Ahmad Imam Al-Hafitd Aso alias Hafitd (19) dijerat Pasal 340 tentang pembunuhan berencana atas pembunuhan terhadap Ade Sara (19). Namun kuasa hukum Sifa, M Syamri Noer, tidak sependapat. Dia meyakini kliennya tidak melakukan pembunuhan itu secara berencana.
"Yang pertama memang tidak ada alat pembunuh dalam mobil yang disiapkan. Alat kejut yang dipakai Hafitd itu sudah ada di mobil selama 2 tahun. Itu yang menyiapkan juga orang tuanya karena pernah terjadi perampokan," ujar Syamri kepada wartawan usai rekonstruksi adegan pembunuhan Ade Sara di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Syamri mengatakan, kliennya lebih tepat dijerat pasal 353 KUHP tentang penganiayaan berat yang direncanakan sehingga menimbulkan kematian orang lain.
"Kedua, karena saat Ade Sara meninggal mereka berputar-putar selama 23 jam. Mereka kebingungan mau diapakan mayat ini. Mereka tidak berencana untuk melakukan pembunuhan. Sebenarnya pasal yang tepat menurut saya adalah pasal 353 KUHP tentang penganiayaan berat yang direncanakan sehingga menimbulkan kematian orang lain," lanjutnya.

Ia meyakini kalau perbuatan Syifa dilatari ketidaksengajaan. Menurutnya perbuatan kekerasan yang dilakukan Syifa, karena dalam kondisi di bawah tekanan Hafitd.
"Hasil rekonstruksi tadi terungkap tidak ada kesengajaan untuk membunuh. Karena kondisi Syifa ditekan oleh Hafitd," imbuhnya.

Nidha mengatakan di mata keluarga Syifa merupakan anak yang baik dan penurut. Selain itu adik kandungnya dikenal memiliki sifat lugu sehingga mudah diperdaya.
"Syifa orang penurut dan lugu ketika ditekan dia akan semakin panik," ungkapnya.
Hafitd ketika kecil dikenal sebagai bocah yang suka menonton film berbau kekerasan.
"Dia suka nonton video yang kaya kekerasan sejak SD SMP-lah," ujar teman sekomplek Hafitd, Rofi di Komplek Pulogebang Permai, Jumat (7/3/2014).
Rofi yang terakhir berbincang dengan Hafitd satu bulan yang lalu juga menyebut film <i>Jackass</i>,sebagai salah satu film yang sering ditonton Hafitd.

Namun Rofi mengenal Hafitd sebagai orang baik, sopan dan tidak pernah berkelahi. Bahkan Rofi mengingat terakhir Hafitd berkelahi ketika smp.
Film Jackass adalah film yang dirilis tahun 2012 berisi kejahilan dan kenakalan yang cukup banyak mengandung unsur kekerasan. Bahkan dari awal si pembuat film sudah buru-buru menyematkan tagline <i>do not attempt</i> this at home pada film ini.

"Tersangka HF (Hafitd) sempat menendang dengan kaki kiri mengenai leher korban, lalu memukul dan menyetrum korban," ujar Kanit V Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kompol Antonius Agus Rahmanto kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/3/2014).
Tidak hanya Hafitd, Sifa juga ikut memukuli Sara beberapa kali pukulan saat kondisi mulutnya sudah tersumpal koran. Setelah itu, Sara tidak bergerak.
"Ketika (mobil) sudah jalan lagi, tersangka AS (Sifa) pegang dada korban dan di situ diketahui sudah tidak bernyawa," imbuhnya.
Menurut pengakuan dua tersangka, korban tewas pada Senin 3 Maret 2014 sekitar pukul 21.00 WIB.


ULASAN SINGKAT 
Tanggapan saya terhadap kasus pembunuhan Ade Sara oleh mantan kekasihnya Hafid dan temannya Syifa yang merupakan kekasih dari Hafid adalah tindakan rasa sakit hati Hafid kepada Sara yang memutuskannya dan Syifa yang cemburu karena Hafid masih mencoba menghubungi Sara. Menurut saya ini yang dinamakan cinta buta. Ketika sudah mengalami cinta buta , seseorang melakukan tindakan diluar akal sehatnya atau tidak menggunakan logika. Perilakunya pun dapat merusak atau menyakiti pasangan/orang lain.
 Karena terlalu terobsesi dengan pasangan sehingga mengganggu hubungan sosial. Sikap Hafid yang tidak terima diperlakukan oleh Sara yang memutuskannya , membuatnya merasa bahwa Sara harus menanggung rasa sakit hatinya yang mendalam. Ini karena Hafid terlalu cinta dengan Sara sehingga ketika Sara memutuskan hubungan mereka dan tidak ingin menemui Hafid lagi , Hafid merasa tertekan dan sakit hati sehingga berpikir secara tidak jernih untuk merencanakan penganiayaan/pembunuhan terhadap Sara. Syifa yang notabennya adalah kekasih Hafid merasa cemburu berlebihan akibat terlalu cinta kepada Hafid dan merasa bahwa keberadaan Sara yang membuat hubungan mereka tidak terasa sempurna. Syifa merasa bahwa Hafid belum sepenuhnya mencintainya karena keberadaan Sara sehingga Syifa pun mengikuti perencanaan penganiayaan terhadap Sara yang akhirnya menjadi peristiwa pembunuhan.


Dalam hal ini , gangguan kejiwaan belum tentu menjadi faktor utamanya , semua harus ditinjau secara psikologis jika benar adanya gangguan kejiwaan pada Hafid maupun Syifa. Kebiasaan Hafid pun yang sering menonton film kekerasan , mungkin menjadi faktor pembantu perbuatan kejamnya karena seseorang selalu merekam apapun yang sering ia lihat bahkan menirukannya ketika ia merasa hal itu harus dilakukan. Semua juga didasari oleh faktor keluarga,lingkungan dan orang-orang sekitar. Kepribadian mereka menjadi sadis bisa karena berbagai hal seperti pola asuh dan bentuk hubungan dalam keluarga. Apakah dia lahir di keluarga yang hangat atau dingin, akhirnya kepribadian tipe sadis muncul. 

Peran keluarga sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak yang sudah remaja dimana saat memasuki usia remaja,emosi yang masih sangat labil untuk bertindak,sehingga hal-hal yang dilakukan hanya didasari oleh kebencian dan emosi.

Hikmah yang bisa kita dapat dari kejadian ini adalah apapun yang membuat kita emosi , sebisa mungkin kita harus bisa mengontrol emosi kita , mungkin dengan mencurahkan kesedihan kita terhadap keluarga ,sahabat atau orang-orang terdekat kita bahkan hal yang seharusnya kita lakukan adalah pendekatan secara Religi, misalnya ketika kita sholat,berdzikir dan berdoa memohon petunjuk dari masalah-masalah yang kita hadapi karena sesungguhnya Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya. Mengontrol diri adalah kunci utama agar kita tidak melakukan hal-hal yang tidak seharusnya apalagi dalam masalah percintaan yang dihadapkan pada remaja yang masih terbilang labil dalam mengatasi emosi. Berpikir positif dan jernih adalah hal yang harus kita lakukan untuk menjauhi pikiran-pikiran negatif kita terhadap sesuatu.

0 komentar:

Posting Komentar